Jembatan bambu penghubung desa dengan sawah dan kebun di Desa Baturaja R/firman-sahabatrakyat.com

BENGKULU UTARA, sahabatrakyat.com Hari itu mendung menggelayut di langit Desa Baturaja R, Kecamatan Hulu Palik. Dari lokasi kebun di seberang desa, puluhan mungkin ratusan warga mulai bergegas. Mereka mau tiba di rumah sebelum hujan mengguyur.
Katila (sekitar 50 tahun) dan dua orang cucunya termasuk di antara warga yang bergegas itu. Sore itu ketiganya meninggalkan kebun lebih awal agar bisa melalui Sungai Air Nakai yang membelah desa dengan areal sawah dan kebun.
Ketika tiba di pinggir sungai, sang nenek memutuskan menyeberangkan cucunya bergantian. Satu orang berhasil tiba di seberang. Lalu nenek berbalik arah untuk menjemput seorang cucunya lagi bernama Reka.
Ketika nenek berbalik, rupanya Reka yang sudah duduk di bangku SD sudah mulai berjalan, ikut menyeberang sendiri mengikuti nenek dan saudaranya. Ketika langkahnya tiba di tengah jalan berupa bendungan itu, banjir tiba-tiba menyambar tubuhnya. Reka hanyut terbawa arus.
“Kami mencari korban selama hampir dua jam. Korban akhirnya ditemukan warga yang tengah bekerja mencari batu di Padang Bendar. Saat ditemukan dia sudah meninggal,” kenang Sahri, kepala Desa Baturaja R, yang saat itu ikut mencari korban, tentang peristiwa warga hanyut tahun 2015 lalu.
Sahri yang baru menjabat enam bulan terakhir, menambahkan, Reka bukan korban pertama. Seingat dia, korban hanyut di Air Nakai sudah 3 orang. Sebelum Reka, di tahun 1950-an korbannya warga yang sudah lansia (perempuan). Lalu di tahun 1970-an, korbannya anak laki-laki usia remaja.
Bagi warga yang tak berani melalui jembatan bambu, terpaksa melalui pematang bendungan. Saat banjir, jalur ini berbahaya/firman-sahabatrakyat.com

Usul Pembangunan Jembatan
Sahri tak ingin kejadian serupa terulang. Maka dalam Musrembangcam beberapa waktu lalu, pihaknya kembali mengusulkan pembangunan jembatan. Disebut kembali sebab usulan serupa sudah berkali-kali disampaikan oleh kades-kades terdahulu.
“Iya, saya ada baca dokumen-dokumen lama. Usul pembangunan jembatan ini ternyata sudah pernah disampaikan oleh kades sebelumnya,” ujar Sahri yang dihubungi sahabatrakyat.com, Selasa (25/4/2017) malam.
Bahkan, kata Sahri, aspirasi soal jembatan itu juga sudah disampaikan langsung kepada anggota dewan dan utusan dari kabupaten. “Bahkan saya sudah dua kali bertemu kepala dinas PU untuk bisa membantu ini,” ungkap Sahri.
Walau sudah berkali-kali diusulkan, kata Sahri, belum pernah sekalipun Pemkab Bengkulu Utara mengabulkan apalagi memploting anggaran untuk membangun jembatan di sana.
Padahal, selain satu-satunya akses bagi warga menuju sawah dan kebun, jembatan itu juga penghubung Desa Baturaja R dengan desa-desa lainnya, seperti Desa Padang Bendar dan Desa Batu Layang.
Jembatan yang ada kini hanya berbahan bambu. Dua batang bambu itu disatukan dengan kawat. Lalu di sisi kiri kanan, dipasang kawat besi sebagai pegangan ketika melintas. Mirip jembatan gantung.
“Panjangnya sekitar 25 meter. Kalau dilalui bergoyang-goyang. Makanya yang berani lewat situ ya anak-anak muda atau orang dewasa yang masih kuat. Kalau anak-anak, ibu-ibu, apalagi lansia, terpaksa lewat pematang bendungan di bawah,” kata Sahri yang dibincangi sahabatrakyat.com, Senin (24/4/2017) di pinggir sungai.
Sahri dan Suparman saat dijumpai sahabatrakyat.com

Aktivitas lalu lalang di lokasi jembatan dan bendungan itu terjadi tiap hari. Jika tak banjir, ketinggian permukaan air memang tak seberapa, sehingga tak perlu cemas ketika melintas. Namun saat musim penghujan apalagi banjir, aktivitas warga ke sawah dan kebun ikut terganggu.
“Kami harap Pemkab Bengkulu Utara memperhatikan kondisi ini. Sebab bukan hanya warga saya yang membutuhkan akses dengan keberadaan jembatan di sini, melainkan juga warga dari desa-desa tetangga,” ujar Sahri didampingi Sekdes Suparman.
Harapan Sahri dan Suparman tak berlebihan. Sebab sejak Desa Baturaja R berdiri, belum sekalipun Pemkab BU membangun infrastruktur jembatan yang dibutuhkan warga itu.
“Karena ini juga mengingat terancamnya nyawa manusia. Kalau menyangkut masalah hasil tani mungkin bisalah kita berunding besok untuk mengangkutnya. Namun masyarakat petani pulang dari kebun sawah sering kali banjir saat melintas,” kata Sahri.
Sahri menjelaskan, pembangunan jembatan ini tergantung teknis pembuatannya. Bila posisinya tembak lurus sekitar 25 meter. Jika melintang sekira 40 meter. “Kalau nominal pendanaan kita belum bisa menyimpulkan besaran dana yang dibutuhkan, tergantung teknis pembuatan di lapangannya nanti,” terang dia. 
 
==============
Penulis: MS Firman
Editor: Jean Freire